DEFINISI ORGANISASI
Manusia
adalah mahluk social yang cinderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur
dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena
keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa
adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam
berorganisasi.
Diagram organisasi ialah diagram yang
menggambarkan posisi dan hubungan dalam sebuah organisasi, mengungkapkan
struktur organisasi perusahaan.
Beberapa
definisi tentang Organisasi:
A. Menurut
ERNEST DALE
Organisasi
adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan
pemeliharaan suatu struktur atau pola
hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
B. Menurut
CYRIL SOFFER
Organisasi
adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam
suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi
tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
C. Menurut
KAST & ROSENZWEIG
Organisasi
adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan
sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan
orang-orang berorenteasi pada tujuan.
D. Definisi
UMUM
“Kelompok
orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan”
2.2. CIRI-CIRI ORGANISASI
Adapun ciri-ciri suatu organisasi adalah
a)
Lembaga social yang terdiri atas
kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
b)
Dikembangkan untuk mencapai tujuan
c)
Secara sadar dikoordinasi dan dengan
sengaja disusun
d)
Instrumen social yang mempunyai batasan
yang secara relatif dapat diidentifikasi.
2.3
PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI
Dibawah
ini merupakan bagan tentang perkembangan teori organisasi:
- A. TEORI
ORGANISASI KLASIK
Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional”
atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah
lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta
memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung
kreatifitas.
Dalam teori ini organisasi digambarkan seperti toet
piano dimana masing-masing nada mempunyai spesialisasi (do.. re.. mi.. fa..
so.. la.. si..) dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu yang
indah begitu juga dengan organisasi.
Dikatakan teori mesin karena organisasi ini
menganggab manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan
digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.
Defisi Organisasi menurut Teori
Klasik:
Organisasi merupakan struktur hubungan,
kekuasaan-kejuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan,
komunikasi dan factor-faktor lain apabila orang bekerja sama.
Teori Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan
anatomi organisasi formal. Empat unsure pokok yang selalu muncul dalam
organisasi formal:
a. Sistem
kegiatan yang terkoordinasi
b. Kelompok
orang
c. Kerjasama
d. Kekuasaan
& Kepemimpinan
Sedangkan menurut penganut teori klasik suatu
organisasi tergantung pada empat kondisi pokok: Kekuasaan, Saling melayani,
Doktrin, Disiplin.
Sedangkan yang dijadikan tiang dasar penting dalam
organisasi formal adalah:
a. Pembagian
kerja (untuk koordinasi)
b. Proses
Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
c. Struktur
(hubungan antar kegiatan)
d. Rentang
kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).
Teori Klasik berkembang dalam 3
Aliran:
A. BIROKRASI, Dikembangkan dari Ilmu
Sosiologi
B. ADMINISTRASI, Langsung dari praktek
manajemen memusatkan Aspek Makro sebuah organisasi.
C. MANAJEMEN ILMIAH, Langsung dari praktek manajemen memusatkan
Aspek Mikro sebuah organisasi.
Semua
teori diatas dikembangkan sekitar tahun 1900-1950. Pelopor teori ini kebanyakan
dari sebuah negara berbentuk kerajaan “Mesir,
Cina & Romawi”.
A. TEORI BIROKRASI
Dikemukakan oleh “MAX WEBER” dalam buku “The
Protestant Ethic and Spirit of Capitalism” dan “The Theory of Social and
Economic Organization”. Istilah BIROKRASI berasal dari kata LEGAL_RASIONAL: “Legal”
disebakan adanya wewenang dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang
dirumuskan secara jelas. Sedangkan
“Rasional” karena adanya penetapan
tujuan yang ingin dicapai.
Karekteristik-karekteristik
birokrasi menurut Max Weber:
a) Pembagian
kerja
b) Hirarki
wewenang
c) Program rasional
d) Sistem
Prosedur
e) Sistem
Aturan hak kewajiban
f) Hubungan
antar pribadi yang bersifat impersonal
B. TEORI ADMINISTRASI
Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall
Urwick dari Eropa dan James D. Mooney,
Allen Reily dari Amerika. HENRY FAYOL (1841-1925): Seorang industrialis
asal Perancis tahun 1916 menulis sebuah buku “Admistration industrtrielle et
Generale” diterjemahkan dalam bahasa inggris 1926 dan baru dipublikasikan di
amerika 1940. 14 Kaidah manjemen menurut Fayol yang menjadi dasar teori
administrasi:
a) Pembagian
kerja
b) Wewenang
& tanggung jawab
c) Disiplin
d) Kesatuan
perintah
e) Kesatuan
pengarahan
f) Mendahulukan
kepentingan umum
g) Balas
jasa
h) Sentralisasi
i)
Rantai Skalar
j)
Aturan
k) Keadilan
l)
Kelanggengan personalia
m) Inisiatif
n) Semangat
korps
Fayol
membagi kegiatan industri menjadi 6 kelompok:
e)
Kegiatan Teknikal (Produksi, Manufaktur,
Adaptasi)
f)
Kegiatan Komersil (Pembelian, Penjualan,
Pertukaran)
g)
Kegiatan Financial (penggunaan optimum
modal)
h)
Kegiatan Keamanan
i)
Kegiatan Akuntansi
j)
Kegiatan Manajerial atau “FAYOL’s
FUNCTIONALISM” yaitu:
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pemberian
perintah
d. Pengkoordinasian
e. Pengawasan
JAMES D. MOONEY & ALLEN REILLY :1931)
Menerbitkan sebuah buku “ONWARD INDUSTRY” inti dari pendapat mereka adalah
“koordinasi merupakan factor terpenting dalam perencanaan organisasi”. Tiga
prinsip yang harus diterapkan dalam sebuah organisasi menurut mereka adalah:
a. Prinsip
Koordinasi
b. Prinsip
Skalar & Hirarkis
c. Prinsip
Fungsional
C. MANAJEMEN ILMIAH
Dikembangkan tahun 1900 oleh FREDERICK WINSLOW
TAYLOR). Definisi Manajemen Ilmiah: “Penerapan
metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi” atau
“Seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efesiensi kerja”. F.W. TAYLOR
menuangkan ide dalam tiga makalah: “Shop Management”, “The Principle Oif
Scientific Management” dan “Testimony before the Special House Comitte”. Dari tiga makalah tersebut lahir sebuah buku
“Scientific Management”. Berkat jasa-jasa yang sampai sekarang
konsepnya masih dipergunakan pada praktek manajemen modern maka F.W. TAYLOR
dijuluki sebagai “BAPAK MANAJEMEN ILMIAH”.
Empat
kaidah Manajemen menurut Frederick W. Taylor:
a. Menggantikan
metode kerja dalam praktek dengan metode atas dasar ilmu pengetahuan.
b. Mengadakan
seleksi, latihan dan pengembangan karyawan
c. Pengembangan
ilmu tentang kerja, seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah perlu
intregasikan.
d. Perlu
dikembangkan semangat dan mental karyawan untuk mencapai manfaat manajemen
ilmiah
- TEORI
ORGANISASI NEOKLASIK
Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran
Neoklasik disebut juga dengan “Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul
akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan
teori klasik. Teori ini menekankan pada
“pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu
ataupun kelompok kerja”.
Salah tokoh neoklasik pencetus “Psikologi Industri”.
Hugo menulis sebuah buku “Psychology and Industrial Effeciency” tahun 1913.
Buku tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan neoklasik. Inti
dari pandangan Hugo adalah menekankan adanya perbedaan karekteristik individu
dalam organisasi dan mengingatkan adannya pengaruh factor social dan budaya
terhadap organisasi.
Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi
percobaan yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan
Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional Amerika.
Percobaan yang dilakukan ELTON MAYO seorang riset dari Western Electric
menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan insentif upah dan Kondisi kerja
karyawan dipandang sebagai factor penting peningkatan produktifitas.
Dalam
pembagian kerja Neoklasik memandang
perlunya:
a. Partisipasi
b. Perluasan
kerja
c. Manajemen
bottom_up
3. TEORI
MODERN
Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat
ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern
sering disebut dengan teori “Analiasa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang
memadukan antara teori klasik dan neokalsi. Teori Organisasi Modern melihat
bahwa semua unsure organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa
dipisahkan. Organisasi bukan system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan
yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang berkaitan dengan
lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus
bisa beradaptasi dengan lingkungan.
4.
TEORI MODERN vs TEORI KLASIK
a. Teori
Klasik memusatkan pandangan pada analisa dan deskripsi organisasi sedangkan
Teori Modern menekankan pada perpaduan & perancangan sehingga terlihat
lebih menyeluruh.
b. Teori
Klasik membicarakan konsep koordinasi, scalar, dan vertical sedangkan Teori
Modern lebih dinamis, sangat komplek, multilevel, multidimensi dan banyak
variable yang dipertimbangkan.
2.4. BENTUK
STRUKTUR ORGANISASI
Bentuk dasar organisasi
diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :
1. Struktur
Birokratis
Struktur birokratis ialah system
manajemen yang didasarkan pada kerangka wewenang formal yang diiktisarkan
dengan cermat dan dilaksanakan dengan tepat.
Menurut dimensi strukural umum,
birokrasi dapat bercirikan sebagai berikut :
a. Tingkat
ketepatan spesialisasi pekerjaan yang tinggi.
b. Pembentukan
departemen berdasarkan fungsi.
c. Pola
delegasi yang formal dan tepat.
d. Tingkat
sentralisasi yang tinggi.
e. Rentang
manajemen yang sempit sebagai dampak organisasi yang luas.
f. Posisi
lini dan staf ditetapkan dengan jelas, dengan hubungan formal di antara
keduanya.
Contoh : lembaga pemerintahan dan
perguruan tinggi.
2. Struktur
Organis
Struktur
organis ialah system manajemen yang terdapat pada kerjasama dan wewenang
berdasarkan pengetahuan. Struktur ini tidak seformal birokrasi sehingga lebih
fleksibel. Struktur organis cenderung berdimensi structural sebagai berikut :
a. Tingkat
spesialisasi kerja rendah.
b. Pembentukan
departemen berdasarkan produk, lokasi atau konsumen.
c. Pola
delegasi bersifat umum dan informal.
d. Tingkat
desentralisasi tinggi.
e. Rentang
manajemen luas.
f. Posisi
lini dan staf tidak ditetapkan dengan tegas, dengan hubungan yang kurang
formal.
Struktur
organis cenderung lebih efektif ketika lingkungan perusahaan kompleks dan
dinamis. Struktur ini memungkinkan perusahaan untuk memantau lingkungan dan
bereaksi dengan cepat untuk berubah. Struktur ini lebih memerlukan kerjasama di
antara para karyawan daripada yang berlaku dalam birokrasi. Karywan harus
bersedia dan dapat bekerja sama dalam suasana informal dimana garis wewenang
dapat berubah mengikuti situasi.
3. Struktur
Matriks
Struktur
matriks merupakan struktur organisasi terbaru dan paling kompleks. Struktur ini
bercirikan system perintah berganda. Orang harus melapor kepada lebih dari
seorang atasan pada waktu yang sama. Struktur matriks ialah struktur organisasi
yang memadukan garis wewenang vertical dan horizontal. Struktur matriks terjadi
ketika pembentukan departemen produk ditindihkan pada organisasi yang
pembentukan departemennya dilakukan secara fungsional. Dalam organisasi
matriks, wewenang didelegasikan baik ke bawah maupun mendatar.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang struktur organisasi matriks, pertama dengan
memperhatikan tatanan fungsional yang bersifat umum, dengan orang yang bekerja
di departemen seperti pemasaran dan keuangan. Kemudian diasumsikan personel
dari kedua departemen ini ditugasi dalam sebuah kelompok khusus yang bekerja
dalam suatu tim dengan tugas mengerjakan sebuah proyek baru. Kelompok khusus
ini merupakan departemen produk yang sesungguhnya. Manajer yang ditugasi dalam
kelompok ini disebut manajer proyek. Setiap orang yang bekerja dalam kelompok
ini, disamping melapor kepada manajer proyek, juga harus melapor kepada
atasannya di departemen fungsional.
2.5 PERUSAHAAN
A. PENGERTIAN PERUSAHAAN
Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di
pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di
pemerintah, mereka mempunyai badan
usaha untuk
perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang
terdaftar di pemerintah secara resmi.
B. VISI MISI PERUSAHAAN
Visi merupakan keinginan akan keadaan
di masa mendatang yang dicita-citakan oleh seluruh anggota organisasi mulai
dari jenjang paling bawah hingga yang paling atas. Misi adalah serangkaian cara
untuk melaksanakan atau mewujudkan visi. Bisa terdiri dari lebih dari satu
uraian. Jika ditinjau dari segi istilah secara ilmiah, maka visi dan tujuan
organisasi berbeda dari sudut pandang frame atau horison waktu. Visi
mempunyai horison waktu jangka panjang, sedangkan tujuan merujuk pada suatu
satuan waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Selanjutnya yang pasti dilakukan
adalah memberi nama, logo dan motto atau slogan organisasi. Nama bisa
mencerminkan bidang organisasi yang digeluti, singkatan dari sebuah slogan atau
motto tertentu, serta biasanya dihiasi dengan warna-warna unik yang mempunyai
makna.
Value and belief perlu dirancang di awal untuk
menentukan prinsip-prinsip dasar organisasi dan nilai dasar yang dianut.
Sebagai contoh adalah prinsip dasar sebuah organisasi menggunakan landasan
antikorupsi. Dalam prakteknya, perancangan value and belief sudah pasti
dimiliki oleh semua organisasi. Hanya saja dengan nama yang diistilahkan
berbeda. Misalnya sebuah organisasi perusahaan memberikan nama ’prinsip dasar
perusahaan’
C.PROSES BISNIS
Menggambarkan sekumpulan proses
yang disusun secara komprehensif untuk mendeskripsikan bagaimana proses
perancangan dilakukan, sampai bagaimana organisasi melakukan aktivitasnya. Jika
dimisalkan organisasi yang dirancang adalah sebuah perusahaan manufaktur, maka
tahap ini sampai mendesain proses produksi di lantai produksinya.
Manganelli
& Klin (1994) mendefinisikan proses bisnis adalah sebagai “interrelated series of activities that
convert business input into business output”. Input dapat berupa material, peralatan, objek terukur lainnya,
ataupun berbagai macam informasi yang kemudian diubah menjadi sejumlah output yang diperlukan oleh penerima. Penerima terbagi menjadi konsumen internal (internal consumer) dan konsumen luar (external consumer).
Konsumen internal dapat berupa departemen, kelompok, atau
sejumlah peralatan dan mesin. Sedangkan, konsumen luar adalah orang atau
organisasi yang membayar untuk mendapatkan produk atau pelayanan yang
diperlukan. Selain itu, penerima juga dapat berupa lokasi tempat keluaran
disimpan untuk kebutuhan yang akan datang. Proses-proses yang didefinisikan
sebagai proses bisnis adalah semua proses yang berhubungan dengan lingkup
tanggung jawab suatu unit organisasi dan juga yang bukan unit organisasi tetapi
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh unit organisasi
tersebut.
Aktivitas terbagi menjadi tiga tipe (Manganelli &
Klein, 1994), yaitu:
1)
Value-adding
activities merupakan aktivitas
yang penting bagi konsumen.
2)
Hand-off
activities merupakan
aktivitas
yang dilakukan oleh lebih dari satu bagian dan memiliki aliran aktivitas yang
terkait antar bagian, baik secara fungsi, departemen atau organisasi.
3)
Control
activities merupakan
aktivitas
yang dibuat untuk mengontrol hand-off
activities.
Proses
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: proses strategis dan proses yang
memberikan nilai tambah. Proses strategis terintegrasi dengan bagaimana
perusahaan mendefinisikan dirinya sendiri. Proses yang memberikan nilai tambah
adalah proses yang penting bagi keinginan dan kebutuhan konsumen dan mereka mau
untuk membayarnya.
Salah satu yang bisa dijadikan
landasan ilmiah untuk menyusun proses bisnis perancangan organisasi adalah
memakai acuan standar desain yang dikeluarkan oleh APQC (American
Productivity and Quality Centre). Organisasi tersebuat mengemukakan cara
yang dinamakan PCF (Process Classification Framework). Memuat dua tabel
dasar, yakni tabel kategori proses bisnis dan pengelompokan aktivitas bisnis.
American Productivity and Quality
Control Center (APQC)
membuat pengklasifiksian proses bisnis menjadi:
I. Kategori,
merupakan tingkat tertinggi dalam klasifikasi proses bisnis, diberikan nomor
itm, seperti: 1.0 dan 3.0.
II. Kelompok
proses, merupakan nomor item dalam klasifikasi proses yang dipertimbangkan
dalam satu daerah proses, diberikan nomor item dengan satu desimal, seperti:
8.1 dan 9.1
III. Proses,
merupakan item dalam klasifikasi proses yang dipertimbangkan sebagai suatu
proses, diberikan nomor item dengan dua decimal, seperti: 8.1.1 dan 9.1.2
IV. Aktivitas,
merupakan semua item yang dipertimbangkan sebagai aktivitas-aktivitas di dalam
suatu proses, diberikan nomor item dengan tiga desimal atau lebih, seperti:
8.3.1.1 dan 9.1.1.1
2.5. ORGANISASI BELAJAR DALAM EKONOMI GLOBAL
A.
Ekonomi
Global (Globalisasi)
Ekonomi Global berbeda dengan Ekonomi
Nasional karena yang terlibat di dalamnya adalah beraneka macam negara. Dewasa
ini, dunia ekonomi sedang dalam proses menuju ekonomi global atau lebih
terkenal dengan istilah globalisasi. Peningkatan integrasi antar negara dapat
dilihat melalui adanya perkembangan dramatis dalam arus penyeberangan barang, jasa dan juga modal dari suatu negara
ke negara lain. Dengan demikian istilah globalisasi sesungguhnya secara
sederhana dipahami sebagai suatu proses pengintergrasian ekonomi nasional
bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global.
Proyek globalisasi terjadi ketika
disetujuinya pemberlakuan secara global suatu mekanisme perdagangan melalui
penciptaan kebijakan “free trade”, dalam bulan April tahun 1994. Perjanjian
tersebut dikenal dengan nama GATT (General Agreement on Tariff and Trade).
Kesepakatan itu dibangun di atas asumsi bahwa sistem perdagangan yang terbuka
lebih menguntungkan bagi semua pihak dibanding dengan sistem yang protektif.
Artinya melalui persaingan bebas maka organisasi-organisasi perdagangan akan
senantiasa mengelola kegiatannya dengan prinsip efektif dan efisien.
B. Lingkungan Bisnis dalam Ekonomi Global
a.
Menjamurnya sejumlah pesaing baru
Dengan globalisasi
yang melanda semua negara di dunia, perusahaan-perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang berbeda
dengan yang sebelumnya. Pesaing bisnis datang tidak hanya dari lingkungan
domestik, tetapi juga dari mancanegara yang membawa teknologi kerja dan proses
kerja mutakhir. Bisnis eceran di Indonesia makin diramaikan oleh kehadiran
pebisnis internasional seperti Sogo, Carefour; bisnis fast-food domestik mulai bersaing dengan Kentucy, McDonald;
demikian pula pabrik sepatu lokal bersaing dengan Nike, Adidas. Dengan demikian
arus globalisasi berdampak terhadap jumlah pesaing.
b.
Tekanan-tekanan untuk meningkatkan
kualitas dan produktivitas
Pesaing tidak hanya
bertambah jumlahnya, melainkan juga mutunya. Perusahaan yang baru muncul, tidak
sekedar muncul melainkan muncul dengan produk yang bermutu lebih baik dan harga
yang lebih bersaing. Strategi bisnis yang mereka lakukan seringkali mengejutkan
pebisnis lama. Kreatif, inovatif, dan atraktif.
c.
Kesempatan-kesempatan baru
Adanya pasar bebas
dan mobilitas modal, informasi, maka dimungkinkan munculnya gagasan-gagasan
baru yang dapat terealisasikan. Hambatan-hambatan perdagangan yang berkurang
meningkatkan kegairahan berusaha. Kalaupun gagasan tersebut sulit
direalisasikan sendiri, maka kesempatan beraliansi dengan pihak lain terbuka.
Demikian pula kesempatan memperoleh modal usaha.
d.
Deregulasi
Menjadi lebih baik,
lebih cepat, lebih kompetitif, merupakan
hal yang semakin penting. Hal ini dimungkinkan karena regulasi-regulasi yang
sebelumnya ada, dikurangi atau bahkan dihapuskan. Deregulasi dalam bidang
perbankan, telekomunikasi, penerbangan, dan lain sebagainya. Contoh yang bisa
diambil antara lain yang terjadi di Amerika Serikat dan di negara industri
lainnya seperri Jepang, Eropah, dan Prancis. Mulai dari industri penerbangan
sampai perbankan, agar berdaya saing secara nasional dan internasional,
pemerintah di negara-negara tersebut mencabut proteksi dan aturan tarif.
e.
Keragaman Tenaga Kerja
Komposisi tenaga
kerja bisa sangat beragam. Etnik, kebangsaan, kelamin, keakhlian, pendidikan,
nilai kerja, agama, dan lain sebagainya. Pada tahun 2003 di mana AFTA akan
mulai diaktifkan, sudah bisa diduga bahwa banyak tenaga akhli asing yang akan
bekerja di Indonesia. Demikian pula akibat perkembangan teknologi kerja, makin
bertambah pekerjaan yang diambil alih oleh wanita/pria, dan makin banyaknya
pasangan suami istri yang bekerja
f.
Sistem Sosial, Politik, Hukum Baru
Sistem perdagangan
bebas menuntut pula pemerintahan yang demokratis, pematuhan terhadap HAM,
persamaan hak, aliansi perdagangan, tekanan serikat pekerja internasional.
Pemerintahan harus dikelola dengan benar dan bersih (good governance dan clean government).
Tanda-tanda era globalisasi atau pasar bebas beserta
teknologinya dapat dilihat dari adanya kecenderungan-kecenderungan yang
terjadi, antara lain :
-
Investasi
: tidak mengenal batas negara maupun hambatan geographis; lebih dipacu oleh
mutu dan kesempatan yang ada/ditawarkan; sebagian besar oleh swasta
-
Badan
Usaha : cepat dan penuh tanggap terhadap pasar maupun konsumen; bisnis lebih
terfokus; berorientasi global; lebih berbasis pada pengetahuan; ramping dan
nirbatas (borderless); multi sourcing dan aliansi; tergabung
dalam jaringan informasi bisnis global.
-
Proses
Teknologi : berbasis pada cabang/agen; tidak terpusat; mengorganisir sendiri;
manufaktur di lokasi jual; makin menggunakan teknologi cerdas; adanya standar
global (ISO); teknologi baru, aman dan bersih.
-
Produk
: makin ringan namun kuat, bersih, lebih pintar, daur hidup pendek; dapat
didaur ulang; komponen bekas dapat dipakai lagi; ramah lingkungan; dimensinya
semakin kecil; hemat energi.
-
Pasar/Konsumen
: makin berorientasi pada produk global; kompetitif dalam mutu; harga; purna
jual; pelayanan[1]
g.
Dampak globalisasi terhadap
organisasi dan manajemen local
Bisakah Indonesia tidak ikut dalam proses
globalisasi ? Walaupun bisa menolak, namun tidaklah mudah, karena globalisasi
merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindarkan, apalagi negara kita
sudah terbelit utang dan juga masih memerlukan pinjaman dari negara-negara yang nota bene tergabung
dalam WTO, di mana kita juga menjadi anggotanya.
Bercermin pada negara lain, maka para “policymakers”, pendidik, bisnis, dan
industri harus sangat peduli pada era yang penuh persaingan ini. Misalnya,
Amerika Serikat dalam tujuan pendidikan nasionalnya secara eksplisit
menyebutkan bahwa mereka harus mempersiapkan bangsanya untuk menjadi pekerja
yang produktif dan senantiasa belajar guna menghadapi ekonomi global.
Pendidikan difokuskan pada upaya membantu rakyat memahami hubungan pendidikan
dengan dunia kerja dan memperoleh ketrampilan yang bisa dipakai di dunia kerja.
Mereka diberi informasi tentang apa itu ekonomi global, dan ketrampilan apa
yang dibutuhkan agar mereka bisa berpartisipasi di dalamnya.
Bagaimana daya
tahan hidup bisnis lokal dalam ekonomi global, sangat tergantung pada kinerja
organisasinya. Organisasi harus kompetitif atau mampu bersaing. Organisasi yang
kompetitif dicirikan oleh produktivitas, fleksibilitas, kecepatan, kualitas
yang memadai, dan berfokus pada pelanggan. Tuntutan agar perusahaan harus lebih
kompetitif telah menggiring perusahaan untuk melakukan perubahan dalam cara
pengorganisasian dan pengelolaan perusahaan. Beberapa cara yang telah dilakukan
oleh perusahan-perusahan yang cukup ternama antara lain adalah :
1. Pengubahan struktur
organisasi.
Bentuk organisasi
tradisional yang piramid tampaknya sudah bukan zamannya lagi. Dalam perusahaan
AT&T, cara baru pengorganisasian ditekankan pada team yang bekerja antar
fungsi melalui komunikasi antar departemen. Mereka mulai tidak menekankan pada
rantai komando yang terlampau ketat dalam mengambil keputusan. Di GE, Jack
Welch menerapkan “boundaryless
organization”, di mana pegawai tidak mengidentifikasi dirinya dengan satu
departemen yang terpisah, melainkan harus berinteraksi dengan siapa saja dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
2.
Pemberdayaan Pegawai.
Berbagai pakar beranggapan bahwa organisasi masa kini harus
meletakan pelanggan di atas segalanya, dan menekankan bahwa setiap gerak yang
dilakukan perusahaan harus mengarah pada pemuasan kebutuhan pelanggan. Oleh
karena itu perusahaan harus memberdayakan pegawai, khususnya yang berada di
garis depan.
3. Organisasi yang datar makin menjadi norma umum.
Sebagai pengganti
organisasi piramid yang terdiri atas 7, 10, atau lebih lapisan manajerial,
disusun organisasi yang cenderung datar dengan lapisan manajerial sekitar 3
atau empat lapis saja.
4.
Kerja semakin dirancang dalam bentuk
“teams”, ketimbang terspe-sialisasi dalam satu fungsi
saja.
Di pabrik seorang
pekerja tidak hanya melakukan satu jenis pekerjaan secara berulang-ulang. Dia
lebih merupakan bagian dari tim kerja yang multifungsi.
5. Landasan kekuatan
perusahaan berubah.
Dalam organisasi
ekonomi global, posisi, jabatan, dan kewenangan, bukan lagi menjadi alat yang
memadai bagi manajer untuk bisa menyelesaikan pekerjaan. Sebagai penggantinya
adalah “gagasan-gagasan yang baik”
6. Manajer masa kini
harus mampu membangun komitmen.
Membangun organisasi yang lebih baik, lebih besar, lebih
kompetitif, artinya mendatangkan pegawai-pegawai yang mempunyai komitmen dan
mampu mengendalikan diri.
7. Orientasi pada
“human-capital”
Manusia sebagai unsur penentu keberhasilan organisasi
senantiasa harus menjadi pokok perhatian utama. Mulai dari manajer tingkat
teratas sampai dengan pegawai tingkat terbawah harus berkualitas, akhli.
“Pecundang dalam globalisasi adalah mereka yang tidak meningkatkan keakhlian
mereka. Mereka akan semakin hancur”. Demikian kata Hemmer[2].
2.6 KINERJA PERUSAHAAN
Menurut Hyndman dan Anderson
(1997:139) kinerja dapat dipandang darimodel produksi, terdiri dari tiga tahap,
input, output dan hasil, kemudian kinerja dapatdiartikan dalam efisiensi dan
keefektifan. Mwita (2003:19) dan didukung olehBromwich (1990:15) yang mendukung
pandangan yang lebih komprehensif, yaitukinerja mencakup beberapa variabel yang
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan: input,perilaku-perilaku (proses),
output-output, dan outcome-outcome (nilai tambah ataudampak). Selanjutnya Ferry
(2005: 43) menyatakan bahwa dalam suatu organisasiyang terdiri dari
individu-individu yang memiliki karekteristik yang berbeda,berpengaruh terhadap
output dan outcome yang akan diraih yang
dapat diarahkan dandimotivasi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Pause (2000:1,
dalam Mulyadi(2006:14) menyatakan bahwa pengukuran kinerja ( performance ) merupakan salah satuupaya supaya
dapat dilakukan sumberdaya secara efektif dan dapat memberikan arahpada
pengambilan keputusan strategis yang menyangkut perkembangan suatuorganisasi
pada masa yang akan datang. Kinerja merupakan status organisasi
secarakeseluruhan dibanding organisasi lain yang sejenis, atau terhadap suatu
standar yangdisepakati bersama.
2.7 JOB DESCRIPTION
Deskripsi pekerjaan adalah daftar dari pekerjaan umum,
atau fungsi, dan tanggung jawab dari setiap posisi atau dengan kata lain yaitu
panduan dari perusahaan kepada karyawannya dalam menjalankan tugas.. Pada
nyatanya, kepada siapa setiap posisi melapor, spesifikasi seperti kualifikasi
yang dibutuhkan oleh seseorang yang akan
mengisi posisi tersebut, rasio gaji per posisi, dan lainnya juga termasuk dalam
deskripsi pekerjaan. Deskripsi pekerjaan biasanya didapat
dengan melakukan analisa pekerjaan, dimana termasuk memeriksa tugas dan
kebutuhan pengulangannya untuk melakukan pekerjaan. Analis melihat lingkungan
dari ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut.
Perlu dicatat bahwa peran adalah sekumpulan tanggung jawab atau hasil - hasil yang diharapkan oleh pekerjaan.
Suatu pekerjaan biasanya memiliki beberapa peran.
Semakin jelas job description
yang diberikan, maka semakin mudah bagi karyawan untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan tujuan perusahaan. Job
description juga dapat menjadi alat pengukur prestasi karyawan. Tugas,
wewenang dan pola hubungan dapat menjadi parameter prestasi dari seorang
karyawan. Dengan menetapkan parameter tersebut di awal masa kerja, maka semua
pihak dapat menilai obyektivitas dari suatu keputusan manajemen tanpa takut ada
faktor like and dislike.
Karyawan pun akan merasa nyaman memilki job description yang jelas. Ia akan mengetahui secara jelas area
pekerjaan, tanggung jawab dan wewenangnya. Ia juga akan mengetahui dengan jelas
garis koordinasinya, baik vertikal (atas dan bawah) mapun horizontal. Ia juga
dapat mengetahui tugas-tugas tambahan yang diberikan kepadanya, sehingga dapat
memperoleh bonus sesuai haknya.
Dengan job description yang
jelas dan terukur, maka perusahaan dapat beroperasi secara teratur dan akan
meningkatkan produktivitas setiap karyawannya. Dokumen Job description berlaku untuk semua karyawan, dari level tertinggi
sampai level terendah.
Untuk mengetahui apa
kumpulan tanggungjawab/aktifitas tersebut, maka perlu ada analisa yang disebut
sebagai analisa jabatan (job
analysis), sebagai suatu
proses mengumpulkan, mengkategorikan dan mendokumentasikan seluruh informasi
yang relevan tentang jabatan tersebut dalam periode tertentu. Hasilnya,
sudah tentu dinamakan uraian pekerjaan/ uraian jabatan (job description).
Job description umumnya berisikan tentang :
1.
Identifikasi
jabatan
2.
Ikhtisar
jabatan
3.
Hubungan antar
jabatan
4.
Rincian tugas
dalam jabatan
5.
Wewewnang dan
tanggung jawab jabatan
6.
Mesin,
peralatan dan bahan-bahan yang digunakan
7.
Lingkungan
kerja
Manfaat dari job
description :
·
Atasan– untuk
mengoptimalkan peran dan tanggungjawab bawahan
·
Pimpinan
Organisasi– untuk dapat memimpin dan memberikan motivasi agar pemegang jabatan
menghasilkan kinerja optimal.
·
Pemegang
jabatan– sebagai panduan dan pedoman kerja serta mengetahui apa yang harus
dilakukan dan diharapkan dari organisasi
2.8 . Elemen Dasar Organisasi
Sebagai pendekatan dalam menglasifikasi organisasi, Henry
Mintzberg dalam bukunya Structure in
fives (1983) menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai elemen dasar
sebagai berikut:
1. Operating
Core: para pegawai yang
melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produk dan
jasa.
2. Strategic
Apex: manajer tingkat
puncak, yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi tersebut.
3. Middle Line:
para manajer yang menjadi penghubung operating
core dengan strategic apex.
4. Technostructure: para analis yang mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan bentuk setandardisasi tertentu dalam organisasi.
5. Supporting
Staff: orang-orang yang
mengisi staf, yang memberikan jasa pendukung tidak langsung pada organisasi.
Salah satu dari kelima bagian tersebut dapat mendominasi
sebuah organisasi, ada konfigurasi tertentu yang digunakan. Menurut Mintzberg,
terdapat 5 buah desain konfigurasi struktur organisasi sebagai berikut
1)
Stuktur sederhana
Struktur
sederhana mempunyai kompleksitas yang rendah, sedikit formalisasi, dan
mempunyai wewenang yang disentralisasi pada seseorang. Struktur sederhana
digambarkan sebagai sebuah organisasi yang datar, dengan operating core yang organic
dan hampir semua orang melapor kepada seseorang strategic apex di mana pembuatan keputusan disentralisasi
2)
Birokrasi Mesin
Birokrasi
mesin mempunyai tugas operasi yang sangat tinggi, peraturan yang sangat
diformalisasi, tugas yang dikelompokkan ke dalam departemen-departemen
fungsional, wewenang yang disentralisasi, pengambilan keputusan yang mengikuti
rantai komando dan struktur administrasi yang rumit dengan perbedaan tajam
antara aktivitas lini dan staff.
Bagian
yang paling penting dari struktur birokrasi mesin adalah technostructure, karena di sinilah ditempatkan para staff ahli
analisis melakukan standardisasi-para insinyur time & motion, pembuat uraian pekerjaan, perencana, pembuat
anggaran, akuntan, auditor, ahli analis sistem & prosedur.
3)
Birokrasi Profesional
Struktur
birokrasi professional diciptakan untuk memberi kesempatan kepada organisasi
untuk memperkerjakan spesialis yang sangat terlatih bagi operating core-nya, sambil tetap memperoleh efesiensi dan
standardisasi. Birokrasi ini menggabungkan standardisasi dengan desentralisasi.
Kekuatan
desain ini terletak pada operating core
karena mempunyai kemampuan kritis yang dibutuhkan organisasi dan mempunyai
otonomi yang diberikan melalui desentralisasi-untuk menerapkan keahlian mereka
4)
Struktur Divisional
Struktur
divisional ditandai dengan adanya
sejumlah unit yang otonom, masing-masing secara khas adalah birokrasi mesin,
yang dikoordinasi secara terpusat oleh sebuah kantor pusat. Karena divisi-divisi tersebut berdiri sendiri, ia memberi
kontrol pada midlle management (para
manajer divisi).
5)
Adhocracy
Adhocracy
merupakan desain yang berbeda sekali dari yang lain, karena adhocrary tersebut mempunyai sedikit
standardisasi atau formalisasi, technostructure-nya
hampir tidak ada. Karena midlle
management, support staff, serta operating core secara khas semuanya
adalah professional, perbedaan tradisional antara supervisor dan pegawai serta
garis dan staf menjadi tidak jelas.
Hasilnya
adalah sebuah kumpulan dari talenta keahlian yang dapat digunakan untuk
melakukan inovasi, memecahkan masalah yang unik, dan melaksanakan aktivitas
yang fleksibel. Kekuasaan mengalir pada semua orang yang mempunyai keahlian di adhocracy, tanpa memperhatikan
kedudukannya.
2.9 Task Interdependence Dalam Organisasi
Struktur
dan aliran kegiatan dalam organisasi akan dipengaruhi oleh saling
ketergantungan antara tugas (Thompson, 1965). Saling ketergantungan ini dapat
diartikan sebagai derajat ketergantungan seorang kaaryawan atau bagian
organisasi terhadap karyawan atau bagian lainnya dalam menyelesaikan tugasnya.
Saling ketergantungan yang rendah berarti bahwa suatu bagian dapat
menyelesaikan tugasnya tanpa tergantung pada bagian lain, dan hanya memerlukan
interaksi, konsultasi ataupun material dalam jumlah yang sangat kecil dari
bagian lainnya. Menurut Thomson, terdapat 3 jenis saling ketergantungan, yaitu:
a)
Saling Ketergantungan Mengumpul (pooted)
Merupakan
bentuk yang paling sederhana, pekerjaan tidaklah mengalir dari suatu bagian ke
bagian yang lain, tetapi setiap bagian merupakan anggota organisasi dan
walaupun bekerja secara independen, sama-sama mempunyai kontribusi terhadap
tugas bersama. Saling ketergantungan mengumpul ini mengharuskan adanya suatu
standardisasi yang digunakan semua bagian agar hasil dari setiap bagian
akhirnya bisa disatukan. Prosedur
dan laporan keuangan yang digunakan juga harus sama agar performansi
masing-masing bagian dapat dibandingkan satu sama lain. Jika hal ini telah
tercapai, maka tidak diperlukan koordinasi antar bagian yang terlalu ketat.
b)
Saling Ketergantungan Berurutan (Sequential)
Merupakan
saling ketergantungan yang berurutan secara seri, dimana output dari suatu bagian akan menjadi input untuk bagian berikutnya. Karena urutan ini, bagian pertama
harus memberikan hasil yang benar agar bisa digunakan pada bagian berikutnya.
Hal ini menyebabkan saling ketergantungan jenis berurutan dianggap lebih tinggi
derajatnya dari jenis mengumpul, karena suatu bagian tergantung pada bagian
lainnya untuk dapat bekerja dengan baik.
c)
Saling
Ketergantungan Bolak-Balik (Reciprocal)
Merupakan saling ketergantungan dengan derajat tertinggi.
Output dari suatu bagian bisa menjadi
input untuk bagian berikutnya. Output dari bagian terakhir ini dapat
kembali menjadi input untuk bagian
yang pertama. Struktur organisasi harus memberikan kesempatan untuk melakukan
penyesuaian antara bagian dan juga komunikasi secara kontinyu. Walaupun
dibutuhkan rencana yang mencakup keseluruhan bagian, tetapi rencana tersebut
tidaklah dapat mengantisipasi dan memecahkan semua pemasalahan secara tuntas.
Yang lebih dibutuhkan adalah interaksi dan komunikasi yang kontinyu dan
penyesuaian bersama antar bagian. Karena itu, para pimpinan akan sangat
terlibat dengan pekerjaan koordinasi serta pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cushway,
Barry. Dan Derek Lodge. 1993. Perilaku
dan Desain Organisasi: Struktur, Pekerjaan, Peran, Komunikasi dan Motivasi.
Jakarta: Elex Media Komputindo
2. Gibson,
J.L. Ivancevich dan JH. Donnely. 1985. Organisasi
dan Manajemen: PErilaku, Struktur, Proses. Editor: Agus Dharma. Jakrta:
Erlangga.
3. Abidin,
Said Zainal. 2004. Organisasi Perusahaan.
Jakarta: Penerbit Pancur Siwah
- Turner,W.C.,
Mize,J.H., Case,K.E., Nazemeth,J.W., Pengantar
Teknik & Sistem Industri (edisi Bahasa Indonesia) Jilid 1, 3rd
ed., Guna Widya, 2000.
- Douglas
C. Montgomery . 1991. Introduction Statistical Control. John Wiley & Sons.
- Robbins, Stephen
P.2002.Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima. Erlangga,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar