Minggu, 29 April 2012

Analisis Finansial


Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan perusahaan  dan disusun secara periodik. Periode yang biasa digunakan adalah tahun yan dimulai dari 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari.  Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan. Ada beberapa pengertian laporan keuangan, yaitu :
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2008:1) merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi kas, catatan (notes) dan laporan pendukung lainnya.

Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada semua pihak yang  berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan. 
Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) : 
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusn ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber  –  sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas. Menurut Munawir (2002:2),  “laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan keuangan antara lain : pemilik perusahaan, kreditor, investor, manajer atau pemimpin perusahaan, karyawan perusahaan dan pemerintah. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya untuk menilai keberhasilan manajemen dalam menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat melalui laba yang dihasilkan perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan diperlukan  untuk menilai hasilhasil yang telah dicapai perusahaan serta memperkirakan hasil-hasil yang akan dicapai pada masa yang akan datang sehingga pemilik dapat menaksir keuntungan yang akan diperoleh. Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan dalam hal pemberian kredit suatu perusahaan. Disamping itu kreditor bisa mengukur apakah perusahaan dapat mengembalikan pokok  pinjaman kredit dan bunganya. Manajer atau pimpinan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk menyusun rencan dan strategi perusahaan, memperbaiki operasional perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan. Investor berkepentingan dengan laporan keuangan untuk mengetahui apakah modal yang telah diinvestasikan memberikan prospek keuntungan di masa yang akan datang. Pemerintah melihat laporan keuangan untuk menentukan jumlah pajak yang akan dibebankan ke perusahaan dan digunakan sebagai dasar perencanaan pemerintah dalam hal ini adalah Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan 

Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
Pada umumnya laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas.
a.  Neraca.
Neraca menampilkan sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut. Neraca tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi tersebut bisa dilihat dengam mempelajari neraca digabung dengan laporan keuangan yang lain. Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganilisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
b.  Laporan Laba Rugi. 
Laporan laba rugi meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan diharapkan  bias memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan (Return  on Investment), risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional  perusahaan. Elemen pokok dari Laporan Laba Rugi terdiri dari pendapatan  operasional, beban operasional, dan untung atau rugi. 
c.  Laporan Aliran Kas 
Laporan aliran kas memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu, disamping itu laporan alian dan Tenaga Kerja. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan dapat terlihat kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Analisis Laporan Keuangan 
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi)  bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai protabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.  Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami  dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan keputusan
Jenis-jenis Analisis Rasio 
Menurut Brigham dan  Houston (2006:94), laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di masa depan. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaatbaik untuk mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun, yang lebih pentinglagi, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.
Menurut Horne  dan Machowicz (2005:202), pada dasarnya Analisis Rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori yaitu:
a.  Rasio Likuiditas 
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban   jangka pendeknya atau dengan kata lain mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancar (kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas yang jelek Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan dananya ke dalam perusahaan.
Analisis laporan keuangan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.  Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan.
b.  Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu  diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misal karena perbedaan karektiristik rata-rata perusahaan  dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap  bisa dipakai untuk perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri  tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan  lain yang sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi  perusahaan yang menjadi leader dalam industri. 
c.  Informasi  tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan kas memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
d.  Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas mengambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan  prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
e.  Catatan atas Laporan Keuangan 
Isi dari catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara  sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan lapran arus kas  harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara lain:
a.  Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data  tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang mungkin melakukan  window dressing  (suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
b.  Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

Analisis Potensi Kebangkrutan
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan  untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress  terjadi sebelum kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban  – kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dalam jangka panjang  akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Yang termasuk dalam rasio likuiditas, antara lain:
   i.    Rasio Lancar    
   ii.   Rasio Uji Cepat               
b.  Rasio Akt ivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas menggunakan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas antara lain :
   i.    Aktivitas Piutang   
   ii.   Umur Piutang
   iii.  Aktivitas Hutang  
   iv.  Aktivitas Persediaan  
c.  Rasio Solvabi litas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
d.  Rasio Profitabi litas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Yang termasuk dalam rasio profitabi litas antara lain:
i.   Hubungan Penjualan Terhadap Laba
   ii.   Marjin Laba Bersih  
   iii.  Return On Asset    
iv.  Return On Investment   
v.   Return On Equity     
e.  Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif  terhadap nilai buku perusahaan. Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada  masa  yang mendatang. Faktor prospek dalam risiko tersebut akan mempengaruhi  harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.  data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat menggunakan:   common-size  dengan jalan menghitung  t iap-tiap rekening dalam laporan  laba   dan neraca, serta dapat menggunakan Analisis Rasio.

Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman
Edward.L.Altman  pada penelitian Almilia  dan Kristijadi  (2003) merumuskan formula Z-score yang secara umum dapat untuk mengukur kesehatan keuangan  suatu perusahaan. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan menggunakan perhitungan  Z-score. Nilai  Z-score akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam
beberapa tingkatan, yaitu :
dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban  kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi  financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan  –  tindakan untuk mengantispasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Prediksi  financial distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak – pihak yang menggunakan
model tersebut meliputi :
a.  Pemberi Pinjaman
Penelitian berkaitan dengan prediksi  financial distress menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
b.  Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
c.  Pembuat Peraturan
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini

Langkah – langkah dalam menyusun laporan keuangan:
  1. Mengidentifikasi pengelompokan dokumen sumber
  2. Menjelaskan pengertian jurnal khusus
  3. Menerangkan jenis-jenis jurnal khusus 
  4. Mencatat transaksi dalam buku jurnal yang tepat dan dalam jumlah yang benar
  5. Menyusun daftar rekapitulasi sesuai dengan format yang telah disediakan
Pengelompokan Dokumen Transaksi
Setiap transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan harus disertai dengan bukti atau dokumen, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban bahwa transaksi telah dilaksanakan. Pengelompokan bukti transaksi atau dokumen sumber dapat ditinjau dari pihak yang membuat. Hal ini dapat dibedakan menjadi :
  1. Bukti Intern, yaitu bukti yang dibuat oleh perusahaan itu sendiri. Contohnya bukti penerimaan barang, daftar upah dan gaji, bukti pengeluaran kas, bukti pengeluaran bahan, memo, nota debet dan nota kredit.
  2. Bukti Ekstern, yaitu bukti yang dibuat oleh pihak di luar perusahaan. Contohnya faktur, nota kontan, kuitansi, nota kredit dan nota debet.
Pengelompokan bukti transaksi atau dokumen sumber dapat juga ditinjau dari kegiatan transaksinya, seperti :
  1. Bukti transaksi penjualan
  2. Bukti transaksi pembelian
  3. Bukti transaksi Penerimaan Kas
  4. Bukti transaksi pengeluaran kas
  5. Bukti transaksi umum (serba-serbi)
Bukti Transaksi Penjualan
Transaksi penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan perusahan karena menjual barang secara kredit maupun tunai. Transaksi ini perlu didukung bukti transaksi, yaitu bukti-bukti yang digunakan untuk merekam transaksi penjualan. Khusus transaksi secara kredit dibuatkan bukti transaksi berupa Faktur sebagai bukti utama, sedangkan bukti pendukungnya dapat berupa bukti pengeluaran barang atau bukti pengiriman barang.
Faktur yang dibuat atau dikeluarkan oleh penjual untuk pembeli dinamakan Faktur Penjualan, sedangkan Faktur yang diterima oleh pembeli disebut Faktur Pembelian.

Bukti Transaksi Pembelian
Transaksi pembelian merupakan kegiatan yang dilakukan perusahan karena membeli barang secara kredit maupun tunai. Seperti halnya transaksi penjualan, transaksi pembelian ini perlu didukung bukti transaksi, yakni bukti-bukti yang digunakan untuk merekam transaksi pembelian. Khusus transaksi secara kredit bukti transaksinya berupa bukti atau laporan penerimaan barang sebagai bukti utama, sedangkan bukti pendukungnya dapat berupa Faktur dari pemasok dan surat pesanan pembelian.
Mengingat perusahaan sebagai pembeli maka Faktur yang diterima dari penjual disebut Faktur Pembelian.

Bukti Transaksi Penerimaan Kas
Bukti penerimaan kas adalah tanda bukti perusahaan telah menerima uang tunai atau kas. Beberapa transaksi penerimaan kas dapat berasal dari penjualan tunai, penerimaan pembayaran piutang, penerimaan pinjaman (utang), dan penerimaan pendapatan tunai lainnya. Bukti penerimaan kas dapat berupa nota kontan, faktur penjualan tunai, dan bukti penerimaan tunai lainnya.

Pengertian Jurnal Khusus
Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa pada perusahaan besar maupun kecil selalu melakukan kegiatan transaksi keuangan yang memiliki jumlah maupun jenis yang berbeda. Pada perusahaan yang termasuk kecil dan transaksinya tidak terlalu banyak, biasanya perusahaan tersebut akan menggunakan buku harian yang dinamakan Jurnal Umum. Sedangkan pada perusahaan yang kegiatan transaksinya relatif banyak dan sering terjadi atau berulang-ulang, biasanya perusahaan tersebut akan menggunakan buku harian yang dinamakan Jurnal Khusus. Jadi Jurnal khusus adalah jurnal yang secara khusus digunakan untuk mencatat transaksi sejenis yang terjadi berulang-ulang.
Penggunaan jurnal khusus ini tentu mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
  1. Memungkinkan Pembagian Pekerjaan.
    Jurnal khusus yang ditangani oleh satu orang sehingga terjadi spesialisasi pekerjaan, yaknisetiap transaksi yang sejenis dicatat oleh satu atau sekelompok orang ke dalam satu bukujurnal khusus.
  2. Memudahkan pemindahbukuan ke buku besar.
    Pemindahbukuan dari jurnal khusus ke buku besar biasanya dilakukan secara periodik misalnya tiap satu bulan, yaitu pada akhir bulan.
  3. Memungkinkan kontrol internal yang lebih baik.
    Karena dikerjakan oleh petugas tertentu, setiap jurnal khusus menjadi tanggung jawab bagi satu orang petugas, hal ini akan memudahkan kontrol terhadap buku jurnal tersebut.
Jenis-Jenis Jurnal Khusus
Agar pencatatan untuk transaksi yang sering terjadi dan berulang-ulang menjadi efektif, biasanya perusahaan tidak lagi mencatatkan pada jurnal umum melainkan menggunakan jurnal khusus. Adapun jenis-jenis jurnal khusus adalah sebagai berikut :
  1. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
  2. Jurnal Pembelian (Purchases Journal)
  3. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)
  4. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)
Dari keempat jurnal tersebut, apabila ada transaksi yang tidak bisa dicatat pada jurnal khusus, maka
transaksi-transaksi tersebut dicatatkan pada jurnal umum. Baiknya ikuti penjelasan berikut ini :
1. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
Jurnal Penjualan adalah jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi-transaksi penjualan barang dagang secara kredit. Dengan demikian bila perusahaan menjual barang dagang secara kredit maka pencatatan transaksinya dilakukan pada jurnal penjualan.

2. Jurnal Pembelian.
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang secara kredit. Perlu dijelaskan lebih lanjut apabila perusahaan dalam melakukan pembelian berupa barang-barang lain (selain barang dagang) dan jarang dilakukan maka pembuatan jurnal pembelian ini hanya khusus digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang dagang secara kredit saja. Namun apabila selain pembelian barang dagang, perusahaan juga sering membeli barang lain secara kredit, maka pembuatan jurnal pembelian ini sebaiknya juga untuk mencatat seluruh pembelian barang dagang dan barang lainnya secara kredit.

3. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal Penerimaan Kas adalah jurnal yang dibuat atau digunakan utnuk mencatat semua transaksi penerimaan uang tunai atau kas. Apabila ingin membuat jurnal penerimaan kas, tentu kita harus melakukan inventarisasi transaksi-transaksi yang dapat dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Adapun t?ransaksi-transaksi yang dapat dicatat pada jurnal penerimaan kas adalah:
  1. Penjualan barang dagan secara tunai
  2. Penerimaan pembayaran piutang
  3. Penerimaan pinjaman atau utang dari bank berupa uang tunai
  4. Penerimaan tambahan modal secara tunai
  5. Penerimaan pendapatan lain seperti pendapatan bunga, pendapatan komisi secara tunai.

4. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas adalah jurnal yang dibuat untuk mencatat semua transaksi pengeluaran uang tunai atau kas. Untuk membuat jurnal pengeluaran kas, kita harus melakukan inventarisasi transaksi-transaksi yang dapat dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Adapun transaksi-transaksi yang dapat dicatat pada jurnal pengeluaran kas adalah:
  1. Pembelian barang dagang secara tunai.
  2. Pembelian barang lainnya, seperti perlengkapan, peralatan dll secara tunai.
  3. Pembayaran beban-beban.
  4. Pembayaran utang.
  5. Pengambilan uang untukkeperluan pribadi (prive)
  6. Pengeluaran tunai lainnya.
Rekapitulasi Jurnal Khusus
Arti dan Tujuan Rekapitulasi Jurnal Khusus
Rekapitulasi jurnal khusus atau ikhisar jurnal khusus adalah penjumlahan secara global dari masing-masing jurnal khusus yang bertujuan untuk mempermudah dalam memposting jurnal khusus terse but ke dalam buku besar utama pada setiap saat tertentu, biasanya setiap akhir bulan.
Misalnya pada jurnal pembelian setiap akhir bulan kolom jumlah uangnya dijumlahkan, jumlah tersebut merupakan rekapitulasi atau ikhisar dari jurnal pembelian, kemudian pada bagian debet akun pembelian dan pada bagian kredit akun utang usaha. Demikian seterusnya dilakukan rekapitulasi terhadap jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, dan jurnal pembelian.
Cara Membuat Rekapitulasi Jurnal Khusus
Cara membuat dan menyimpulkan rekapitulasi jurnal khusus adalah dengan menjumlahkan kolom jurnal uangnya kemudian disimpulkan jumlah tersebut untuk dicatat ke akun yang bersangkutan ke sebelah debit dan kredit.
a. Jurnal Penjualan
b. Jurnal Pembelian
c. Jurnal Penerimaan Kas
d. Jurnal Pengeluaran Kas

1. TRANSAKSI
Transaksi usaha adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari suatu badan usaha dan juga sebagai hal yang handal/wajar untuk dicatat.Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. Sebagai contoh transaksi yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan adalah: pembayaran rekening telepon bulanan, pembelian barang dagangan secara kredit, pembelian tanah dan gedung, dan lain sebagainya. Suatu transaksi tertentu dapat menimbulkan peristiwa atau keadaan yang mengakibatkan transaksi lainnya. Misalnya, pembelian barang dagangan secara kredit akan disusul dengan transaksi lainnya, yaitu pembayaran kepada kreditor.                                             
2. PENCATATAN DALAM BUKU HARIAN (JURNAL).
Transaksi dicatat pertama kali yang disebut Buku Harian (Jurnal). Jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas. Proses pencatatan mengikuti lima langkah berikut ini:
a)  Mengidentifikasikan transaksi dari dokumen sumbernya, misalnya dari slip deposito bank, penerimaan penjualan dan cek.
b) Menentukan setiap perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva, kewajiban atau modal).
c) Menetapkan apakah setiap perkiraan  tersebut mengalami penambahan atau pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu.
d) Menetapkan apakah harus mendebet atau mengkredit perkiraan.
e)  Memasukkan transaksi tersebut kedalam jurnal.
3. PENCATATAN BUKU BESAR DAN BUKU TAMBAHAN. 
a. Buku Besar (Ledger)
Untuk memudahkan menyusun informasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak  yang memerlukannya terutama  pimpinan perusahaan rnaka perkiraan-perkiraan yang sudah dihimpun didalam buku harian tersebut  harus pula dipisah-pisahkan atau digolongkan menurut jenisnya. Menggolongkan perkiraan menurut jenis perkiraan tersebut dinamakan  menyusun buku besar besar itu merupakan penggolongan perkiraan menurut jenisnya. Jumlah buku besar yang dimiliki perusahaan tergantung pada banyaknya jenis perkiraan yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi perusahaan tersebut, karena masing-masing jenis besarnya sendiri- sendiri. Judul kolom yang mengidentifikasikan perkiraan buku besar menampilkan: Tanggal, Kolom item, Kolom debet, berisi jumlah yang didebet, dan Kolom kredit, berisi jumlah yang dikredit. Pemindah bukuan perkiraan memiliki buku berarti memindahkan jumlah dari jurnal kedalam perkiraan yang sesuai dalam buku besar. Debet dalam jurnal dipindahkan sebagai debet dibuku besar, dan kredit dalam jurnal dipindahkan sebagai kredit dalam buku besar. Transaksi investasi awal oleh Yudi Makrnur akan dipindahkan kebuku besar seperti tampak pada gambar 2.
b. Buku Tambahan (Sub Ledger) 
Beberapa perkiraan memerlukan penjelasan secara terperinci untuk mendukung pas-pas Neraca dan Perhitungan Laba-Rugi. Pada perkiraan piutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berpiutang (nama langganan) dan berapa saldo masing-masing langganan. Pada perkiraan hutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berhutang (nama kreditur) dan berapa saldo masing-masing kreditur. Untuk mengetahui perubahan saldo dari tiap-tiap langganan/ kreditur dibukalah perkiraan untuk tiap langganan/kreditur. Kumpulan yang dari terpisah perkiraan ini disebut buku besar tambahan (buku tambahan) . Perkiraan masing-masing langganan yang membentuk buku besar tambahan disebut buku besar langganan (buku besar piutang). Demikian  juga perkiraan masing-masing kreditor yang membentuk buku besar tambahan disebut buku besar kreditor (buku besar hutang).

4. NERACA LAJUR
Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku besar, dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan memiliki saldo debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya menunjukkan apakah total debet  sama dengan total kredit. Jadi suatu neraca saldo merupakan suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan.                                             
5. LAPORAN KEUANGAN 
Cara penyiapan laporan keuangan yang terbaik adalah mempersiapkan
laporan laba rugi terlebih dahulu, disusul dengan laporan perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah neraca. Elemen penting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan, tanggal atau periode yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut. Panah-panah yang terdapat dalam Gambar 5, 6 dan 7, menunjukkan hubungan antara laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan neraca.
a)  Laporan laba rugi mencerminkan laba  bersih atau kerugian bersih yang diperoleh dengan mengurangkan beban dari pendapatan. Karena pendapatan dan beban juga merupakan perkiraan  Laporan Perubahan Posisi Keuangan, maka selisih antara pendapatan dan beban tersebut (laba/kerugian bersih) akan dipindahkan kedalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Jika diperhatikan, laba, bersih pada Gambar 5 sebesar Rp.3.525.000,-  menambah modal pemilik dalam gambar 6. Suatu kerugian bersih akan mengurangi modal pemilik 
b)  Modal adalah dalam neraca, jadi nilai sisa akhir dalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan akan dipindahkan kedalam neraca. Nilai ini merupakan elemen keseimbangan yang paling akhir dalam neraca. Hal ini dapat ditelusuri melalui nilai Rp. 31.575.000,- pada gambar 6 ke gambar 7.
 6. JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup ialah ayat jurnal yang memindahkan nilai sisa pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi dari masing-masing perkiraan ke dalam perkiraan modal.
Pendapatan yang akan menambah modal pemilik dan beban serta pengambilan pribadi akan mengurangi modal pemilik. Pada saat ayat penutup dipindah bukukan maka perkiraan modal akan menyerap dampak dari nilai sisa perkiraan sementara tersebut. Walau  demikian, pendapatan dan beban akan dipindahkan terlebih dahulu kedalam perkiraan yang bernama Ikhtisar Laba Rugi, yang akan mengumpulkan jumlah total debet dari seluruh jumlah beban dan total kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut. Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu "tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses penutupan. Kemudian nilai sisa dari Ikhtisar laba rugi tersebut akan dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1)  Mendebet setiap perkiraan Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya.
Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2)  Mengkredit setiap perkiraan beban sebesar nilai sisa debetnya. Mendebet Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total beban. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total beban ke dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi. Mendebet Ikhtisar laba rugi sebesar  nilai sisa kreditnya dan mengkredit perkiraan modal.
4)  Mengkredit perkiraan Pengambilan Pribadi sebesar nilai sisa debetnya.Mendebet perkiraan modal pemilik perusahaan.Untuk mengambarkan hal diatas, misalnya Yudi Makmur menutup buku pacta akhir Desember, maka jurnal penutupnya adalah:

8. NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN.
Siklus akuntansi akan berakhir dengan neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo setelah penutupan adalah pengujian terakhir mengenai ketepatan penjurnalan dan pemindah bukuan ayat jurnal penyesuaian dan penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang terdapat pada awal pembuatan neraca lajur, neraca saldo setelah penutupan adalah daftar seluruh perkiraan dengan nilai sisanya. Langkah ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa buku besar berada pada posisi yang seimbang untuk memulai periode akuntansi berikutnya. Neraca saldo setelah penutupan diberi tanggal perakhir periode akuntansi dimana laporan tersebut dibuat. Isi perkiraan Neraca adalah nilai sisa akhir dari daftar permanen yaitu perkiraan neraca: aktiva, kewajiban dan modal. Didalamnya tidak termasuk perkiraan sementara, seperti perkiraan pendapatan, beban atau pengambilan pribadi, karena nilai sisa perkiraan tersebut telah ditutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar