Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan
perusahaan dan disusun secara periodik.
Periode yang biasa digunakan adalah tahun yan dimulai dari 1 Januari dan
berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode
tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari
tanggal selain tanggal 1 Januari.
Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah
periode tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan,
atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya
bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan
mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan. Ada beberapa pengertian
laporan keuangan, yaitu :
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2008:1) merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi kas, catatan (notes) dan laporan pendukung
lainnya.
Tujuan
Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada
semua pihak yang berkepentingan dan
sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya
di perusahaan.
Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) :
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan – keputusn ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber
– sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban,
3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
Menurut Munawir (2002:2), “laporan
keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut”. Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan keuangan antara lain :
pemilik perusahaan, kreditor, investor, manajer atau pemimpin perusahaan,
karyawan perusahaan dan pemerintah. Pemilik perusahaan sangat berkepentingan
terhadap laporan keuangan perusahaannya untuk menilai keberhasilan manajemen
dalam menjalankan perusahaan. Hal ini dapat dilihat melalui laba yang
dihasilkan perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan diperlukan untuk menilai hasilhasil yang telah dicapai
perusahaan serta memperkirakan hasil-hasil yang akan dicapai pada masa yang
akan datang sehingga pemilik dapat menaksir keuntungan yang akan diperoleh.
Kreditor menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan dalam hal
pemberian kredit suatu perusahaan. Disamping itu kreditor bisa mengukur apakah
perusahaan dapat mengembalikan pokok
pinjaman kredit dan bunganya. Manajer atau pimpinan perusahaan
menggunakan laporan keuangan untuk menyusun rencan dan strategi perusahaan, memperbaiki
operasional perusahaan dan menentukan kebijaksanaan perusahaan. Investor
berkepentingan dengan laporan keuangan untuk mengetahui apakah modal yang telah
diinvestasikan memberikan prospek keuntungan di masa yang akan datang.
Pemerintah melihat laporan keuangan untuk menentukan jumlah pajak yang akan
dibebankan ke perusahaan dan digunakan sebagai dasar perencanaan pemerintah
dalam hal ini adalah Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
Bentuk-bentuk
Laporan Keuangan
Pada umumnya laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas.
a.
Neraca.
Neraca menampilkan sumber daya ekonomis (asset), kewajiban
ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut. Neraca tidak
memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi
tersebut bisa dilihat dengam mempelajari neraca digabung dengan laporan
keuangan yang lain. Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk
menganilisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan
operasional dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
b.
Laporan Laba Rugi.
Laporan laba rugi meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan
selama periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan diharapkan bias memberikan informasi yang berkaitan
dengan tingkat keuntungan (Return on
Investment), risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. Elemen pokok dari Laporan Laba
Rugi terdiri dari pendapatan
operasional, beban operasional, dan untung atau rugi.
c.
Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas memberikan informasi mengenai penerimaan
dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu, disamping itu laporan
alian dan Tenaga Kerja. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan,
distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang
telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan
perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan
kompensasi. Dari laporan keuangan dapat terlihat kemampuan perusahaan dalam
memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan memberikan tunjangan hari
tua, Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan
optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Analisis
Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input
(informasi) bisa dipakai untuk
pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai
protabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi
harapan pihak-pihak yang berkepentingan.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan
dalam proses pengambilan keputusan
Jenis-jenis
Analisis Rasio
Menurut Brigham dan
Houston (2006:94), laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan
pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa
lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada
kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan
keuntungan dan dividen di masa depan. Dari sudut pandang seorang investor,
meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan, sedangkan
dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaatbaik
untuk mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun, yang lebih pentinglagi,
sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan
meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.
Menurut Horne dan
Machowicz (2005:202), pada dasarnya Analisis Rasio bisa dikelompokkan ke dalam
lima macam kategori yaitu:
a. Rasio
Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau dengan
kata lain mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat
aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancar (kewajiban
perusahaan). Rasio likuiditas yang jelek Analisis laporan keuangan sangat
membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil
keputusan lebih lanjut baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun
pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu
investor yang ingin menanamkan dananya ke dalam perusahaan.
Analisis laporan keuangan, perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Dalam analisis,
analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan
keuangan.
b. Angka-angka yang
berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk
melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri
bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri
ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa
hal, misal karena perbedaan karektiristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut.
Tetapi rata-rata industri tetap bisa
dipakai untuk perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan
perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam
industri.
c. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan
untuk memberikan analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan kas
memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan
operasi perusahaan selama periode tertentu.
d. Laporan Perubahan
Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas mengambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu
yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
e. Catatan atas
Laporan Keuangan
Isi dari catatan atas laporan keuangan adalah penjelasan umum
tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut dan penjelasan tiap-tiap
akun neraca dan laba rugi. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan
secara sistematis. Setiap pos dalam
neraca, laporan laba rugi dan lapran arus kas
harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan.
Keterbatasan
Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi
ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Rasio keuangan
disusun dari data laporan keuangan dan data
tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias
merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang
mungkin melakukan window dressing (suatu teknik untuk mempercantik laporan
keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
b. Rasio keuangan
tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
Analisis
Potensi Kebangkrutan
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan
keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas
atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan
sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
potensi kebangkrutan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan
perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Kebangkrutan
sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan
gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban
– kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dalam jangka panjang akan
mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Yang termasuk dalam rasio likuiditas,
antara lain:
i. Rasio Lancar
ii. Rasio Uji Cepat
b. Rasio Akt ivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas menggunakan asset
dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas
antara lain :
i. Aktivitas Piutang
ii. Umur Piutang
iii. Aktivitas Hutang
iv. Aktivitas Persediaan
c. Rasio Solvabi litas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya.
d. Rasio Profitabi
litas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas). Yang termasuk dalam rasio profitabi litas antara lain:
i. Hubungan Penjualan
Terhadap Laba
ii. Marjin Laba Bersih
iii. Return On Asset
iv. Return On
Investment
v. Return On
Equity
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Kelima rasio
tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa
yang mendatang. Faktor prospek dalam risiko tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada
masa-masa mendatang. data-data keuangan
untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat
menggunakan: common-size dengan jalan menghitung t iap-tiap rekening dalam laporan laba
dan neraca, serta dapat menggunakan Analisis Rasio.
Prediksi
Kebangkrutan dengan Metode Altman
Edward.L.Altman pada
penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) merumuskan formula Z-score yang secara
umum dapat untuk mengukur kesehatan keuangan
suatu perusahaan. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi
kebangkrutan menggunakan perhitungan
Z-score. Nilai Z-score akan
menjelaskan kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam
beberapa tingkatan, yaitu :
dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga
tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit,
sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan
pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup
dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Model financial distress perlu untuk
dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi
financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan
tindakan – tindakan untuk mengantispasi yang mengarah
kepada kebangkrutan. Prediksi financial
distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak – pihak yang
menggunakan
model tersebut meliputi :
a.
Pemberi Pinjaman
Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress menpunyai relevansi
terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan
memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman
yang telah diberikan.
b.
Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan
pembayaran kembali pokok dan bunga.
c.
Pembuat Peraturan
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi
kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini
Langkah
– langkah dalam menyusun laporan keuangan:
- Mengidentifikasi pengelompokan dokumen sumber
- Menjelaskan pengertian jurnal khusus
- Menerangkan jenis-jenis jurnal khusus
- Mencatat transaksi dalam buku jurnal yang tepat dan dalam jumlah yang benar
- Menyusun daftar rekapitulasi sesuai dengan format yang telah disediakan
Pengelompokan Dokumen Transaksi
|
||
Setiap transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan harus
disertai dengan bukti atau dokumen, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban
bahwa transaksi telah dilaksanakan. Pengelompokan bukti transaksi atau
dokumen sumber dapat ditinjau dari pihak yang membuat. Hal ini dapat
dibedakan menjadi :
Pengelompokan bukti transaksi atau dokumen sumber dapat
juga ditinjau dari kegiatan transaksinya, seperti :
Bukti Transaksi Penjualan
Transaksi penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan perusahan karena menjual barang secara kredit maupun tunai. Transaksi ini perlu didukung bukti transaksi, yaitu bukti-bukti yang digunakan untuk merekam transaksi penjualan. Khusus transaksi secara kredit dibuatkan bukti transaksi berupa Faktur sebagai bukti utama, sedangkan bukti pendukungnya dapat berupa bukti pengeluaran barang atau bukti pengiriman barang. Faktur yang dibuat atau dikeluarkan oleh penjual untuk pembeli dinamakan Faktur Penjualan, sedangkan Faktur yang diterima oleh pembeli disebut Faktur Pembelian.
Bukti Transaksi Pembelian
Transaksi pembelian merupakan kegiatan yang dilakukan perusahan karena membeli barang secara kredit maupun tunai. Seperti halnya transaksi penjualan, transaksi pembelian ini perlu didukung bukti transaksi, yakni bukti-bukti yang digunakan untuk merekam transaksi pembelian. Khusus transaksi secara kredit bukti transaksinya berupa bukti atau laporan penerimaan barang sebagai bukti utama, sedangkan bukti pendukungnya dapat berupa Faktur dari pemasok dan surat pesanan pembelian.
Mengingat perusahaan sebagai pembeli maka Faktur yang
diterima dari penjual disebut Faktur Pembelian.
Bukti Transaksi Penerimaan Kas
Bukti penerimaan kas adalah tanda bukti perusahaan telah menerima uang tunai atau kas. Beberapa transaksi penerimaan kas dapat berasal dari penjualan tunai, penerimaan pembayaran piutang, penerimaan pinjaman (utang), dan penerimaan pendapatan tunai lainnya. Bukti penerimaan kas dapat berupa nota kontan, faktur penjualan tunai, dan bukti penerimaan tunai lainnya. |
||
Pengertian Jurnal Khusus
|
||
Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa pada perusahaan
besar maupun kecil selalu melakukan kegiatan transaksi keuangan yang memiliki
jumlah maupun jenis yang berbeda. Pada perusahaan yang termasuk kecil dan
transaksinya tidak terlalu banyak, biasanya perusahaan tersebut akan
menggunakan buku harian yang dinamakan Jurnal Umum. Sedangkan pada perusahaan
yang kegiatan transaksinya relatif banyak dan sering terjadi atau
berulang-ulang, biasanya perusahaan tersebut akan menggunakan buku harian
yang dinamakan Jurnal Khusus. Jadi Jurnal khusus adalah jurnal yang secara
khusus digunakan untuk mencatat transaksi sejenis yang terjadi
berulang-ulang.
Penggunaan jurnal khusus ini tentu mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:
|
||
Jenis-Jenis Jurnal Khusus
|
||
Agar pencatatan untuk transaksi yang sering terjadi dan
berulang-ulang menjadi efektif, biasanya perusahaan tidak lagi mencatatkan
pada jurnal umum melainkan menggunakan jurnal khusus. Adapun jenis-jenis
jurnal khusus adalah sebagai berikut :
Dari keempat jurnal tersebut, apabila ada transaksi yang
tidak bisa dicatat pada jurnal khusus, maka
transaksi-transaksi tersebut dicatatkan pada jurnal umum. Baiknya ikuti penjelasan berikut ini :
1. Jurnal
Penjualan (Sales Journal)
Jurnal Penjualan adalah jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi-transaksi penjualan barang dagang secara kredit. Dengan demikian bila perusahaan menjual barang dagang secara kredit maka pencatatan transaksinya dilakukan pada jurnal penjualan.
2. Jurnal
Pembelian.
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang secara kredit. Perlu dijelaskan lebih lanjut apabila perusahaan dalam melakukan pembelian berupa barang-barang lain (selain barang dagang) dan jarang dilakukan maka pembuatan jurnal pembelian ini hanya khusus digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang dagang secara kredit saja. Namun apabila selain pembelian barang dagang, perusahaan juga sering membeli barang lain secara kredit, maka pembuatan jurnal pembelian ini sebaiknya juga untuk mencatat seluruh pembelian barang dagang dan barang lainnya secara kredit.
3. Jurnal
Penerimaan Kas
Jurnal Penerimaan Kas adalah jurnal yang dibuat atau digunakan utnuk mencatat semua transaksi penerimaan uang tunai atau kas. Apabila ingin membuat jurnal penerimaan kas, tentu kita harus melakukan inventarisasi transaksi-transaksi yang dapat dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Adapun t?ransaksi-transaksi yang dapat dicatat pada jurnal penerimaan kas adalah:
4. Jurnal
Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas adalah jurnal yang dibuat untuk mencatat semua transaksi pengeluaran uang tunai atau kas. Untuk membuat jurnal pengeluaran kas, kita harus melakukan inventarisasi transaksi-transaksi yang dapat dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Adapun transaksi-transaksi yang dapat dicatat pada jurnal pengeluaran kas adalah:
|
||
Rekapitulasi Jurnal Khusus
|
||
Arti dan Tujuan Rekapitulasi Jurnal Khusus
Rekapitulasi jurnal khusus atau ikhisar jurnal khusus adalah penjumlahan secara global dari masing-masing jurnal khusus yang bertujuan untuk mempermudah dalam memposting jurnal khusus terse but ke dalam buku besar utama pada setiap saat tertentu, biasanya setiap akhir bulan.
Misalnya pada jurnal pembelian setiap akhir bulan kolom
jumlah uangnya dijumlahkan, jumlah tersebut merupakan rekapitulasi atau
ikhisar dari jurnal pembelian, kemudian pada bagian debet akun pembelian dan
pada bagian kredit akun utang usaha. Demikian seterusnya dilakukan
rekapitulasi terhadap jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, dan
jurnal pembelian.
Cara Membuat Rekapitulasi Jurnal Khusus
Cara membuat dan menyimpulkan rekapitulasi jurnal khusus adalah dengan menjumlahkan kolom jurnal uangnya kemudian disimpulkan jumlah tersebut untuk dicatat ke akun yang bersangkutan ke sebelah debit dan kredit.
a. Jurnal Penjualan
b. Jurnal Pembelian
c. Jurnal Penerimaan Kas
d. Jurnal Pengeluaran Kas
|
1. TRANSAKSI
Transaksi usaha
adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari suatu badan usaha
dan juga sebagai hal yang handal/wajar untuk dicatat.Transaksi ini biasanya
dibuktikan dengan adanya dokumen. Sebagai contoh transaksi yang dapat
terjadi dalam suatu perusahaan adalah: pembayaran rekening telepon bulanan,
pembelian barang dagangan secara kredit, pembelian tanah dan gedung, dan lain
sebagainya. Suatu transaksi tertentu dapat menimbulkan peristiwa atau keadaan
yang mengakibatkan transaksi lainnya. Misalnya, pembelian barang dagangan
secara kredit akan disusul dengan transaksi lainnya, yaitu pembayaran kepada
kreditor.
2. PENCATATAN DALAM BUKU HARIAN (JURNAL).
Transaksi dicatat pertama kali yang disebut Buku Harian
(Jurnal). Jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas. Proses
pencatatan mengikuti lima langkah berikut ini:
a) Mengidentifikasikan
transaksi dari dokumen sumbernya, misalnya dari slip deposito bank, penerimaan
penjualan dan cek.
b) Menentukan setiap perkiraan yang dipengaruhi oleh
transaksi tersebut dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva,
kewajiban atau modal).
c) Menetapkan apakah setiap perkiraan tersebut mengalami penambahan atau
pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu.
d) Menetapkan apakah harus mendebet atau mengkredit
perkiraan.
e) Memasukkan
transaksi tersebut kedalam jurnal.
3. PENCATATAN BUKU BESAR DAN BUKU
TAMBAHAN.
a. Buku Besar (Ledger)
Untuk memudahkan menyusun informasi yang akan diberikan
kepada pihak-pihak yang memerlukannya
terutama pimpinan perusahaan rnaka
perkiraan-perkiraan yang sudah dihimpun didalam buku harian tersebut harus pula dipisah-pisahkan atau digolongkan
menurut jenisnya. Menggolongkan perkiraan menurut jenis perkiraan tersebut
dinamakan menyusun buku besar besar itu
merupakan penggolongan perkiraan menurut jenisnya. Jumlah buku besar yang
dimiliki perusahaan tergantung pada banyaknya jenis perkiraan yang ditimbulkan
oleh transaksi-transaksi perusahaan tersebut, karena masing-masing jenis
besarnya sendiri- sendiri. Judul kolom yang mengidentifikasikan perkiraan buku
besar menampilkan: Tanggal, Kolom item, Kolom debet, berisi jumlah yang
didebet, dan Kolom kredit, berisi jumlah yang dikredit. Pemindah bukuan
perkiraan memiliki buku berarti memindahkan jumlah dari jurnal kedalam
perkiraan yang sesuai dalam buku besar. Debet dalam jurnal dipindahkan sebagai
debet dibuku besar, dan kredit dalam jurnal dipindahkan sebagai kredit dalam
buku besar. Transaksi investasi awal oleh Yudi Makrnur akan dipindahkan kebuku
besar seperti tampak pada gambar 2.
b. Buku Tambahan (Sub Ledger)
Beberapa perkiraan memerlukan penjelasan secara terperinci
untuk mendukung pas-pas Neraca dan Perhitungan Laba-Rugi. Pada perkiraan
piutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berpiutang (nama langganan) dan
berapa saldo masing-masing langganan. Pada perkiraan hutang diperlukan
penjelasan kepada siapa kita berhutang (nama kreditur) dan berapa saldo
masing-masing kreditur. Untuk mengetahui perubahan saldo dari tiap-tiap
langganan/ kreditur dibukalah perkiraan untuk tiap langganan/kreditur. Kumpulan
yang dari terpisah perkiraan ini disebut buku besar tambahan (buku tambahan) .
Perkiraan masing-masing langganan yang membentuk buku besar tambahan disebut
buku besar langganan (buku besar piutang). Demikian juga perkiraan masing-masing kreditor yang
membentuk buku besar tambahan disebut buku besar kreditor (buku besar hutang).
4. NERACA LAJUR
Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku
besar, dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan
memiliki saldo debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari
saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya menunjukkan apakah total debet sama dengan total kredit. Jadi suatu neraca
saldo merupakan suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan
pembukuan.
5. LAPORAN KEUANGAN
Cara penyiapan laporan keuangan yang terbaik adalah
mempersiapkan
laporan laba rugi terlebih dahulu, disusul dengan laporan
perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah neraca. Elemen penting yang harus
ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan, tanggal atau
periode yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut. Panah-panah yang
terdapat dalam Gambar 5, 6 dan 7, menunjukkan hubungan antara laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan neraca.
a) Laporan laba rugi
mencerminkan laba bersih atau kerugian
bersih yang diperoleh dengan mengurangkan beban dari pendapatan. Karena
pendapatan dan beban juga merupakan perkiraan
Laporan Perubahan Posisi Keuangan, maka selisih antara pendapatan dan
beban tersebut (laba/kerugian bersih) akan dipindahkan kedalam Laporan
Perubahan Posisi Keuangan. Jika diperhatikan, laba, bersih pada Gambar 5
sebesar Rp.3.525.000,- menambah modal
pemilik dalam gambar 6. Suatu kerugian bersih akan mengurangi modal
pemilik
b) Modal adalah dalam
neraca, jadi nilai sisa akhir dalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan akan
dipindahkan kedalam neraca. Nilai ini merupakan elemen keseimbangan yang paling
akhir dalam neraca. Hal ini dapat ditelusuri melalui nilai Rp. 31.575.000,-
pada gambar 6 ke gambar 7.
6.
JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup ialah ayat jurnal yang memindahkan nilai sisa
pendapatan, beban, dan pengambilan pribadi dari masing-masing perkiraan ke
dalam perkiraan modal.
Pendapatan yang akan menambah modal pemilik dan beban serta
pengambilan pribadi akan mengurangi modal pemilik. Pada saat ayat penutup
dipindah bukukan maka perkiraan modal akan menyerap dampak dari nilai sisa
perkiraan sementara tersebut. Walau
demikian, pendapatan dan beban akan dipindahkan terlebih dahulu kedalam
perkiraan yang bernama Ikhtisar Laba Rugi, yang akan mengumpulkan jumlah total
debet dari seluruh jumlah beban dan total kredit dari seluruh jumlah pendapatan
pada periode tersebut. Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu
"tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses
penutupan. Kemudian nilai sisa dari Ikhtisar laba rugi tersebut akan
dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan
adalah sebagai berikut:
1) Mendebet setiap
perkiraan Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya.
Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total
pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi
kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2) Mengkredit setiap
perkiraan beban sebesar nilai sisa debetnya. Mendebet Ikhtisar laba rugi
sebesar jumlah total beban. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total beban ke
dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi. Mendebet Ikhtisar laba rugi
sebesar nilai sisa kreditnya dan
mengkredit perkiraan modal.
4) Mengkredit
perkiraan Pengambilan Pribadi sebesar nilai sisa debetnya.Mendebet perkiraan
modal pemilik perusahaan.Untuk mengambarkan hal diatas, misalnya Yudi Makmur
menutup buku pacta akhir Desember, maka jurnal penutupnya adalah:
8. NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN.
Siklus akuntansi akan berakhir dengan neraca saldo setelah
penutupan. Neraca saldo setelah penutupan adalah pengujian terakhir mengenai
ketepatan penjurnalan dan pemindah bukuan ayat jurnal penyesuaian dan
penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang terdapat pada awal pembuatan neraca
lajur, neraca saldo setelah penutupan adalah daftar seluruh perkiraan dengan
nilai sisanya. Langkah ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa buku besar berada
pada posisi yang seimbang untuk memulai periode akuntansi berikutnya. Neraca saldo
setelah penutupan diberi tanggal perakhir periode akuntansi dimana laporan
tersebut dibuat. Isi perkiraan Neraca adalah nilai sisa akhir dari daftar
permanen yaitu perkiraan neraca: aktiva, kewajiban dan modal. Didalamnya tidak
termasuk perkiraan sementara, seperti perkiraan pendapatan, beban atau
pengambilan pribadi, karena nilai sisa perkiraan tersebut telah ditutup.